Komunikasi Matematika
By: Marzuki Ahmad
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan komunikasi matematika merupakan hal yang sangat
penting dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika karena komunikasi
bisa membantu pembelajaran siswa tentng konsep matematika ketika mereka
memerankan situasi, menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan
penjelasan verbal. Keuntungan sampingannya adalah bisa mengingatkan siswa bahwa
mereka berbagi tanggung jawab dengan guru atas pembelajaran yang muncul dalam
pembelajaran tertentu. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Turmudi (2008)
“Aspek komunikasi dan penalaran hendaknya menjadi aspek penting dalam
pembelajaran matematika. Aspek komunikasi melatih siswa untuk dapat mengkomunikasikan
gagasannya, baik komunikasi lisan maupun komunikasi tulis”.
Baroody (dalam Ansarim 2009) menyebutkan sedikitnya ada
dua alasan penting mengapa komunikasi matematika perlu ditumbuhkembangkan
dikalangan siswa. Pertama, mathematics as
language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thingking), alat untuk
menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi
matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomuniksikan
berbagai ide secara jelas, tepat, dan cermat. Kedua, mathematics learning as
social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran
matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa dan juga
komunikasi antar guru dan siswa.
Sayangnya kemampuan komunikasi matematika siswa jarang
mendapat perhatian. Guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal dengan
benar tanpa meminta alasan atau jawaban siswa, ataupun meminta siswa untuk
mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Cai, Lane, dan Jakabcsin (dalam Ester, 1996) yang mengemukakan bahwa karena
siswa jarang diminta untuk berargumentasi dalam pembelajaran matematika,
akibatnya sangat asing bagi mereka untuk berbicara tentang matematika.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat dipahami
bahwa upaya peningkatan komunikasi matematika menjadi sangat penting dan
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran matematika.
1.2. Rumusan Masalah
Dari
uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah “bagaimana
cara menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa”
1.3.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
PEMBAHASAN
2.1. Kemampuan Komunikasi
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Menurut Fathoni matematika dipandang sebagai bahasa karena “dalam
matematika terdapat sekumpulan lambang/simbol dan kata (baik kata dalam bentuk
lambang)”. Misalnya “ >” yang melambangkan kata “lebih besar”, maupun kata
yang diadobsi dari bahasa biasa, misalnya kata “fungsi” yang dalam matematika
menyatakan suatu hubungan dengan aturan tertentu antara unsur-unsur dalam dua
buah himpunan. Simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru
memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu, maka
matematika hanya merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering akan makna.
Berkaitan dengan hal ini, tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan, banyak
orang yang berkata bahwa X, Y, Z itu sama sekali tidak memiliki arti.
Ketika sebuah konsep informasi matematika
diberikan oleh seorang guru kepada peserta didiknya ataupun peserta didik
mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu sedang terjadi
transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Respon
yang diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikan tentang informasi
tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan respon itu seringkali menjadi
masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik
matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu,
kemampuan berkomunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus.
Matematika umumnya identik dengan perhitungan
angka-angka dan rumus-rumus, sehingga muncullah anggapan bahwa skill komunikasi
tidak dapat dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja
tidak tepat, karena menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematika
memiliki peran:
(1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika;
(2) modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematika;
(3) wadah
bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi,
membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk
meyakinkan yang lain.
Kemampuan
berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena
membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan
lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan
siswa. Sejalan dengan itu, Lindquist (dalam Fitrie, 2002: 16) menyatakan bahwa
kita memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh
tujuan sosial, seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika
untuk semua orang.
Bahkan
membangun komunikasi matematika menurut National Center Teaching Mathematics (NCTM)
memberikan manfaat pada siswa berupa:
1.
Memodelkan situasi dengan lisan,
tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar.
2.
Merefleksi dan mengklarifikasi dalam
berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi.
3.
Mengembangkan pemahaman terhadap
gagasan-gagasan matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.
4.
Menggunakan keterampilan membaca,
mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan
matematika.
5.
Mengkaji gagasan matematika melalui
konjektur dan alasan yang meyakinkan.
6.
Memahami nilai dari notasi dan peran
matematika dalam pengembangan gagasan matematika.
Aktivitas guru yang
dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa antara lain:
1.
Mendengarkan dan melihat dengan penuh
perhatian ide-ide siswa
2.
Menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas
yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir
3.
Meminta siswa untuk merespon dan menilai
ide mereka secara lisan dan tertulis
4.
Menilai kedalaman pemahaman atau ide
yang dikemukakan siswa dalam diskusi
5.
Memutuskan kapan dan bagaimana untuk
menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa
6.
Memonitor partisipasi siswa dalam
diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa
untuk berpartisipasi (lihat pada langkah ke tiga dan empat: bina ingatan dan
beri bintang).
Sedangkan
indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran
matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :
1)
Kemampuan
mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2) Kemampuan memahami,
menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide Matematika baik secara lisan
maupun dalam bentuk visual lainnya;
3)
Kemampuan
dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan
model-model situasi.
Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi
penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan
mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan
bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang
matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok
dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di
saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya
bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya.
Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi
sendiri pengetahuan mereka.
Sedangkan
menurut Sumarmo (2003) komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa:
(1) menghubungkan
benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika;
(2) menjelaskan
idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda
nyata, gambar, grafik dan aljabar;
(3) menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
(4) mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
(5) membaca
dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis;
(6) membuat
konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi;
(7) menjelaskan
dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
Secara umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi
mencakup keterampilan/kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing,
dan wacana (discourse). Tanpa komunikasi dalam matematika kita akan
memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam
melakukan proses dan aplikasi matematika. Shadiq (2004) “Matematika merupakan
alat komunikasi yang sangat kuat, teliti dan tidak membingungkan”. Sebagai
contoh, notasi 40 x 4 dapat digunakan untuk menyatakan berbagai hal, seperti:
-
Jarak
tempuh sepeda motor selama 4 jam dengan kecepatan 40 km/jam.
-
Luas
permukaan kolam dengan ukuran panjang 40 meter dan lebar 4 meter
-
Banyak
roda pada 40 mobil
Contoh diatas telah menunjukkan
bahwa notasi 40 x 4 dapat menyatakan suatu hal yang berbeda.
2.2 Proses Komunikasi Sebagai Sarana untuk Membelajarkan
Matematika
Uraian terdahulu menjelaskan mengenai pengembangan
kemampuan komunikasi dalam pembelajaran
matematika. Di sisi lain, proses komunikasi yang terjalin dengan baik dapat membantu siswa membangun pemahamannya
terhadap ide-ide matematika dan membuatnya menjadi lebih
mudah dipahami. Ketika siswa ditantang untuk berpikir mengenai matematika dan
mengkomunikasikannya kepada orang/siswa
lain, secara lisan maupun tertulis, secara tidak langsung mereka dituntut untuk membuat ide-ide matematika itu lebih
terstrukur dan menyakinkan, sehingga ide-ide
itu menjadi lebih mudah dipahami, khususnya oleh diri mereka sendiri. Dengan demikian, proses komunikasi akan bermanfaat
bagi siswa untuk meningkatkan
pemahamannya mengenai konsep-konsep matematika.
Pembelajaran
matematika perlu dirancang sedemikian sehingga dapat menstimulasi siswa untuk berkomunikasi dengan baik. Proses
komunikasi yang baik ini diharapkan dapat
menstimulasi siswa untuk mengembangkan berbagai ide-ide matematika atau membangun pengetahuannya. Hal demikian
tidak akan terjadi apabila dalam
pembelajaran matematika, semua siswa menggunakan pendekatan yang sama untuk
menemukan suatu solusi tunggal dari masalah yang diberikan. Jawaban dan strategi yang tunggal terhadap suatu masalah
kurang mendorong siswa untuk saling
berkomunikasi karena masing-masing siswa akan lebih memfokuskan diri pada
strategi mereka sendiri. Sebaliknya, jika siswa menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda dalam menemukan solusi, maka akan
memungkinkan mereka untuk bertukar ide dan
menjelaskan ide-ide mereka. Dalam situasi demikian, proses
komunikasi akan terjadi dengan baik. Dalam konteks demikian, penggunaan masalah
terbuka (open-ended problem) menjadi sangat relevan dalam pembelajaran matematika dengan maksud untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi matematik
sekaligus menstimulasi siswa untuk mengembangkan ide-ide matematikanya.
Menurut Takahashi (2006), masalah terbuka (open-ended
problem) adalah masalah atau soal
yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Pada mulanya,
penggunaan masalah terbuka merupakan hasil dari proyek penelitian pengembangan
metode evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika dari tahun 1971 sampai 1976.
Meskipun proyek ini dimaksudkan untuk
mengembangkan teknik evaluasi keterampilan berpikir siswa, tetapi selanjutnya
peneliti menyadari bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan
masalah terbuka mempunyai potensi yang kaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Peneliti merangkum manfaat
dalam menggunakan masalah terbuka
dalam pembelajaran matematika sebagai berikut.
1.Siswa
menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide mereka dalam pembelajaran
matematika.
2.Siswa
mempunyai banyak kesempatan untuk secara komprehensif menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka.
3. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dalam proses
menemukan dan menerima persetujuan dari siswa lain terhadap
ide-ide mereka.
Dengan menggunakan
masalah terbuka, pembelajaran matematika dapat dirancang
sedemikian sehingga lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi mereka dalam menggunakan
ekspresi matematik (Takahashi, 2006). Dalam upaya menemukan berbagai
alternatif strategi atau solusi suatu
masalah, siswa akan menggunakan segenap kemampuannya dalam menggali berbagai informasi atau konsep-konsep yang
relevan. Hal demikian akan mendorong siswa
menjadi lebih kompeten dalam memahami ide-ide matematika. Hal demikian tidak akan terjadi apabila dalam pembelajaran yang
hanya menggunakan soal tertutup yang hanya merujuk pada satu jawaban dan
strategi penyelesaian. Penggunaan soal tertutup
kurang mendorong siswa untuk mengeksplorasi berbagai ide-ide matematikanya, sehingga kurang memungkinkannya
untuk secara efektif digunakan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi
matematika sekaligus membangun pemahaman
matematik siswa. Berikut diberikan beberapa contoh soal terbuka yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
matematik siswa.
Tabel 1. Contoh soal tertutup dan soal terbuka
Soal
tertutup
(closed problem) |
Soal
terbuka
(open-ended problem) |
|||
Selesaikan
x + 5 = 12
|
Tulis
persamaan yang mempunyai selesaian 7
|
|||
Tentukan rata-rata dari 45, 36, 52,
38, dan 44
|
|
Tentukan
5 bilangan asli berbeda yang rata-ratanya 43.
Rata-rata
tiga bilangan adalah 11,2. Jika salah
satu bilangan itu adalah 7,6, tentukan dua bilangan lainnya.
|
||
Tentukan
persegipanjang
luas dan keliling berikut.
|
6
|
|
Tentukan
luas persegipanjang yang kelilingnya 36.
Sebuah persegipanjang
mempunyai keliling 20 cm. Berapakah
luasnya?
|
|
12
|
2.3. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika
Guru mempunyai peran penting dalam merancang
pengalaman belajar di kelas sedemikian
sehingga siswa mempunyai kesempatan bervariasi untuk berkomunikasi secara matematis. Tugas menulis merupakan salah
satu cara untuk membentuk kecakapan
komunikasi matematik. Tugas menulis diartikan sebagai tugas bagi siswa untuk mengorganisasi, merangkum, dan
mengkomunikasikan pemikiran mereka secara tertulis. Menulis dapat meningkatkan
daya ingat mengenai konsep dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merefleksi pemikiran mereka. Tugas menulis
dapat juga mencakup pengungkapan apa yang sudah diketahui/dipahami dan yang belum dipahami siswa. Selain itu, tugas
menulis dapat pula berupa penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah
melibatkan beberapa kemampuan strategis seperti mengkoordinasikan berbagai informasi atau ide-ide matematika dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.
Cara lain yang dip andang tepat untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi matematik siswa adalah berdikusi kelompok (LACOE, 2004).
Diskusi kelompok memungkinkan siswa berlatih
untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan proses berpikir, dan
mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka. Dalam membentuk diskusi kelompok perlu
diperhatikan beberapa hal, misalnya jenis tugas seperti apa yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi kemampuan matematiknya
dengan baik. Selain itu perlu dirancang pula peran guru dalam diskusi kelompok
tersebut.
Dalam proses diskusi kelompok,
akan terjadi pertukaran ide dan pemikiran antarsiswa. Hal ini
akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahaman matematiknya. Percakapan antarsiswa dan guru juga akan
mendorong atau memperkuat pemahaman
yang mendalam akan konsep-konsep matematika. Ketika siswa berpikir, merespon, berdiskusi, mengelaborasi, menulis,
membaca, mendengarkan, dan menemukan
konsep-konsep matematika, mereka mempunyai berbagai keuntungan, yaitu
berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar untuk berkomunikasi
secara matematik (NCTM, 2000). Hal demikian dapat diartikan bahwa proses komunikasi yang baik memungkinkan
siswa untuk membangun pengetahuan matematikanya.
Proses komunikasi akan terjadi apabila terjadi interaksi
dalam pembelajaran. Guru perlu merancang pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya interaksi positif sehingga
memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan baik. Guru dapat memberikan
beberapa pertanyaan-pertanyaan pemicu bagi tumbuhnya kemauan dan kemampuan berkomunikasi siswa. Terdapat beberapa
teknik bertanya yang dapat digunakan membantu siswa mengembangkan kemampuan
komunikasi matematik (LACOE, 2004).
Berikut contoh-contoh pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa.
1. Membantu siswa bekerja sama agar memiliki sense matematika,
yaitu dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut.
a.
Apakah yang
orang lain pikirkan tentang yang kamu katakan?
b.
Apakah kamu
setuju? Tidak setuju?
c.
Apakah setiap orang mempunyai
jawaban yang sama tetapi mempunyai cara berbeda
untuk menjelaskannya?
d.
Apakah kamu
memahami apa yang mereka katakan?
2.
Membantu siswa menyadari benar tidaknya suatu ide matematika, yaitu dengan mengajukan seperti berikut.
a.
Mengapa kamu
berpikir seperti itu?
b.
Mengapa hal itu benar?
c.
Bagaimana kamu
menyimpulkan hal itu?
d.
Dapatkah kamu
membuat sebuah model untuk menunjukkan hal itu?
3. Membantu siswa mengembangkan penalaran, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apakah hal itu
selalu berlaku untuk kondisi lain?
b.
Apakah hal itu
benar untuk semua kasus?
c.
Bagaimana kamu
membuktikan hal itu?
d.
Asumsi-asumsi
apakah yang digunakan?
4. Membantu siswa membuat dugaan, penemuan, dan
penyelesaian masalah, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apa yang
terjadi jika ...? Bagaimana jika tidak?
b.
Dapatkah kamu
melihat polanya?
c.
Dapatkah kamu
mempredisksi pola berikutnya?
d.
Apakah
persamaan dan perbedaan metode penyelesaianmu dengan temanmu?
5. Membantu siswa menghubungkan ide-de matematika dan
aplikasinya, yaitu dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apakah
hubungannya dengan konsep lain?
b.
Ide-ide matematika apakah yang
harus dipelajari sebelum digunakan untuk menyelesaikan masalah?
c.
Apakah kamu
pernah menyelesaikan masalah seperti ini sebelumnya?
d.
Dapatkah kamu memberikan sebuah
contoh tentang ....
Menurut Goetz (2004), mengembangkan kemampuan komunikasi
matematik tidak berbeda jauh dengan mengembangkan kemampuan
komunikasi pada umumnya. Berikut pendapat dan saran yang dikemukakannya terkait
pengembangan komunikasi matematik siswa
khususnya kemampuan komunikasi tertulis.
1. Menggunakan
teknik brainstorming (curah pendapat) untuk mengawali proses pembelajaran. Curah pendapat dapat mencakup
pengungkapan sejumlah konsep yang
mungkin dip erlukan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika. Daftar kata
atau konsep tersebut dapat ditempatkan di dinding yang memungkinkan siswa dapat
mengaksesnya dengan mudah.
2. Ketika siswa menulis dalam seni bahasa, mereka hendaknya
berpikir tentang kepada siapa
makalah itu ditujukan. Hal ini juga hendaknya terjadi dalam membuat makalah dalam matematika. Apabila tugas menulis digunakan
untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, mereka hendaknya
mengetahui bahwa pembaca makalah mereka adalah
guru atau sekelompok penilai yang belum mereka ketahui. Dengan demikian, siswa
harus menuliskan dengan jelas berbagai informasi yang relevan sehingga mudah
dipahami.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa terlebih dahulu untuk
mengungkapkan ideide secara verbal
sebelum menuliskannya. Hal yang demikian akan meningkatkan kedalaman dan kejelasan makalah mereka.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menggambarkan
ide-ide kuncinya. Selanjutnya meminta siswa untuk
mendeskripsikan ide-ide mereka dalam bentuk gambar.
Hal ini merupakan strategi penting dalam membantu siswa memulai menulis
dalam kelas matematika. Dorong siswa untuk menggambar solusi masalah mereka. Kemudian minta siswa untuk menambah
beberapa kata yang memungkinkan
dapat mendeskripsikan gambar siswa. Hal ini dilakukan berulang hingga siswa merasa berhasil dan yakin untuk dapat
menuliskan ide-ide mereka secara tertulis secara langsung.
5.Mendorong
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk merevisi dan membetulkan
makalah mereka.
6.Melakukan refleksi.
Refleksi merupakan kunci pemahaman. Tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi, misalnya memikirkan apa
yang sudah dan belum dipahami, pembelajaran matematika hanya merupakan sederet
aktivitas yang rutin dan mekanistik.
2.4 Indikator Komunikasi:
1. Dapat
mengkomunikasikan ide dalam pikirannya dengan jelas kepada siswa lainnya
2. Dapat
menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide tepat.
3. Dapat
menganalisa dan mengevaluasi pemikiran matematika dan strategi orang lain.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa menumbuh kembangkan
kemampuan komunikasi matematika
siswa dibangun dengan
cara:
(1) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menuangkan ide, hasil pikiran dari suatu
permasalahan ke dalam bentuk gambar, pemisalan maupun dalam bentuk syarat.
(2) Melatih
siswa menghubungkan persoalan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
(3) Menggunakan
bahasa matematis secara tepat.
(4) Membangun
kemampuan menganalisa dan mengevaluasi pemikiran matematika dan strategi orang
lain.
(5) Mengingat begitu
pentingnya kemampuan komunikasi, maka pembelajaran matematika perlu
dirancang dengan baik sehingga memungkinkan dapat menstimulasi
siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasinya. Proses komunikasi yang baik
berpotensi dalam memicu siswa untuk mengembangkan ideide dan membangun pengetahuan
matematikanya. Hal demikian akan terjadi dalam pembelajaran matematika yang memanfaatkan masalah terbuka. Dalam upaya menemukan berbagai strategi atau solusi suatu soal
terbuka, siswa didorong untuk mengeksplorasi
pengetahuan atau ide-ide yang relevan. Dengan cara demikian, siswa akan
menjadi lebih kompeten dalam memahami konsep-konsep matematika. Secara singkat dapat dikatakan bahwa proses kompunikasi
yang memanfaatkan masalah terbuka dan dirancang dengan baik dapat mendorong
siswa memahami materi matematika dengan baik.
Daftar Pustaka
Herdian. Kemampuan Komunikasi
Matematika, (online), (http://herdy07_wordpress.com
) diakses 22 oktober 2010
Syaban, Mumun. . Menumbuhkembangkan daya Matematis Siswa. Pendidikan dan Budaya, (online), (http://educare,e-fkipunla.net, diakses (9
Juli 2010).
Shadiq, fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi.
Makalah disampaikan Pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang
Dasar di PPPG Matematika. Yogyakarta.
Sahidin, Latif. Membangun komunikasi
matematika siswa. (online) Blog Latif
Sahidin, diakses 9 Juli 2010
Goetz, Jane. Top Ten Thoughts
about Communication in Mathematics. http://www.kent.k12.wa.us/KSD/15/Communication_in_math.htm. 2004.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School
Mathematics. Reston: NCTM Peraturan
Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Takahashi, Akihito. Communication
as A Process to for Students to Learn Mathematical. http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2008/ papers/PDF/14.Akihiko_Takahashi_USA.pdf.
2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar